Selasa, 06 Mei 2014

Annyeong… 
Kali ini aku akan kasih beberapa kosa kata bahasa korea yang sering dipakai sehari hari.
Dan inilah mereka ._./>>
NAMA HARI BAHASA KOREA
Senin : Wolyoil
Selasa : Hwayoil
Rabu : Suyoil
Kamis : Mokyoil
Jum’at : Geumyoil
Sabtu : Toyoil
Minggu : Ilyoil

NAMA BULAN BAHASA KOREA
Januari : Ilwol
Februari : Iwol
Maret : Samwol
April : Sawol
Mei : Owol
Juni : Yuwol
Juli : Chilwol
Agustus : Palwol
September : Guwol
Oktober : Siwol
November : Sipilwol
Desember : Sipiwol
BILANGAN BAHASA KOREA
1 : Il
2 : I
3 : Sam
4 : Sa
5 : O
6 : Yuk
7 : Chil
8 : Pal
9 : Gu
10 : Sip
11 : Sip-Il
12 : Sip-I
13 : Sip-Sam
14 : Sip-Sa
15 : Sip-O
16 : Sip-Yuk
17 : Sip-Chil
18 : Sip-Pal
19 : Sip-Gu
20 : I-Sip
21 : I-Sip-Il
50 : O-Sip
55 : O-Sip-O
100 : Il-Baek
1.000 : Il-Cheon
10.000 : Il-Man
100.000 : Il-Sip-Man
1.000.000 : Il-Baek-Man
10.000.000 : Il-Cheon-Man
100.000.000 : Il-Eok

Bahasa korea sehari hari
Aku Cinta Kamu = Saranghae / Saranghamnida
Aku Suka Kamu = Choaheyo
Selamat Ulang Tahun untuk Anda = Saengil Chukha Hamnida
Senang Bertemu Dengan Mu = Mannaseo bangapseummnida
Saya Orang Indonesia = Indonesia saramimnida
Saya Belajar Bahasa Korea = Naneun hangugeoreul baeunda
Maafkan Aku = Mian ne atau Mian hamnida
Kalian Dari Mana ? = Neohuideureun eodieseo wanni ?
Boleh, Silahkan = Ne, doemnida
Bagus Sekali = Maeu joseumnida
Oke = Jeoseumnida
Tidak = Anio
Iya = Ye / Ne
Tidak Pernah = Gyeolko animnida
Aku Mengerti = Algesseoyo, Arayo,
Aku Nggak Tau = Mollayo
Ya, Ada = Ne, isseoyo
Siapa Nama Mu ? = Ireumi mwoyeyo?
Nama Ku Jeong Ji-Hoon = Jeo neun Jeong Ji-Hoon ieyo
Apakah Ini ? = Ige mwoyeyo?
Sangat Cantik = Cham yebbeoyo
Nggak Apa-Apa = Goenchanayo
Baik-Baik Saja, Terima Kasih= Jal jinaepida, gamsahamnida
Maaf, Tidak Tahu = Minhamnida, jal moreugesseumnida
Aku Suka Nasi Goreng = Jeoneun nasi gorengeul joahamnida
Halo = (Ucapan pembuka di telefon) Yeoboseyo…
kakak laki2 (yg memanggil adik laki2) = Hyeong (hyung) 
kakak laki2 (yg memanggil adik perempuan) = oppa 
kakak perempuan (yg memanggil adik laki2) = nuna 
kakak perempuan (yg memanggil adik perempuan) = eonni
Kawan = chingu

Sudah… segitu saja dulu ne ^^

Rabu, 11 Desember 2013

tulisan baru

Rektor Lepas Tim Pendaki Mahameru
Suasana Pelepasan TIM Pendaki Mahameru. Dok. MAPALSA
Suasana Pelepasan TIM Pendaki Mahameru. Dok. MAPALSA
Sebanyak 12 orang tim pendaki dari organisasi Mahasiswa Pecinta Alam UIN Sunan Ampel (MAPALSA) dilepas secara simbolis oleh Rektor pagi ini (25/11/13) di halaman rektorat UIN Sunan Ampel Surabaya.
Upacara ini juga dihadiri oleh beberapa dosen serta pejabat Rektorat. Tim ini dijadwalkan akan mendaki gunung tertinggi di jawa, Mahameru selama tiga hari mulai tanggal 256 hingga 28 November 2013 dan dijadwalkan tiba kembali di kampus jum’at (29/11/13). Di puncak, mereka akan mengibarkan bendera UIN Sunan Ampel Surabaya.
Kegiatan pendakian puncak mahameru ini merupakan satu dari kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh setiap UKM yang ada di bawah dewan eksekutif mahasiswa (DEMA) dalam rangka proses launching UIN Sunan Ampel. “kegiatan ini diprioritaskan daripada kegiatan UKM-UKM lainnya mas.” Kata Fadli, ketua II MAPALSA. Dengan harapan, pengibaran bendera UIN di puncak Mahameru dapat menjadi simbol UIN Sunan Ampel yang terus naik mengalami kemajuan “Semoga ini menjadi simbol naiknya UIN Sunan Ampel ke tahap yang lebih tinggi. ” ujar rektor dalam pidato sambutannya.
Tim resmi dilepas sekitar pukul 07.00 ditandai dengan pemberian bendera UIN Sunan Ampel kepada ketua tim pendaki. Tim pendaki tersebut terdiri dari 3 orang tim official, yaitu Habib Ahmad Shidiq  dari Fakultas Dakwah, Imam Bushori dari Fakultas Dakwah, dan Ulaimy Hunain dari Fakultas Ushuluddin. 5 orang Atlit, yaitu Ahmad Giri Ainuddin M fakultas Ushuluddin, Apriyani Wido S dari Fakultas Adab, Kumairohdari  Fakultas Syariah, Ratri Khoiriyah dari Fakultas Tarbiyah serta Riza Umami dari Fakultas Adab.juga 4 orang tim pendukung, yaitu Pramudiyan Nugrohi dari Fakultas Dakwah, Iin indrawati dari Fakultas Tarbiyah, Zainullah Firdaus dari Fakultas Ushuluddin, serta Rifai seorang partisipan dari luar UIN SA.
MAPALSA juga tidak sembarang memilih anggota tim pendaki. Ada ujian-ujian yang harus ditempuh. Antara lain ujian tes tulis tentang pengetahuan alam dan “juga tes yang sangat penting yaitu tes fisik,”ujar Nur Isnaini selaku ketua umum MAPALSA saat diwawancarai KPImedia. (Rizky)


Selasa, 02 Juli 2013

Komunikasi Lintas Budaya


Pengertian Komunikasi Lintas Budaya
ž  Seni untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan berbeda. [Sitaram, 1970]
ž  Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi diantara orang-orang yang berbeda kebudayaan. [Rich, 1974]
ž  Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan. [Stewart, 1974]
Komunikasi vs Komunikasi antar Budaya Tema pokok yang sangat membedakan studi Komunikasi Lintas Budaya dari studi komunikasi lainnya ialah derajat perbedaan, latar belakang, pengalaman yang relatif besar antara para komunikator, yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan” [Young yun Kim].
Dimensi KLB
ž  Tingkat keorganisasian Kelompok Budaya 
ž  Konteks Sosial Tempat terjadinya KAB
ž  Saluran yang dilalui oleh KAB. Komunikasi  Lintas Budaya [Intercultural Communication] terjadi apabila sebuah pesan [message] yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain”
Korelasi Kebudayaan dan Komunikasi
Hubungan keduanya menjadi simbiosis dan tak terpisahkan; Kebudayaan merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama; dan untuk mempelajari dan memiliki bersama diperlukan komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan lambang-lambang, yang harus dipelajari dan dimiliki bersama. [Smith]. Kebuadayaan adalah kumpulan pola-pola kehidupan yang dipelajari oleh sekelompok manusia tertentu dari generasai sebelumnya dan akan diteruskan pada generasi yang akan datang. [ Kim]. “Posisi kebudayaan dalam KLB adalah pengetahuan tentang konsep kebudayaan dan pengaruhnya terhadap cara-cara orang berkomunikasi.
Unsur-Unsur Kebudayaan
ž  Sistem Keyakinan, Nilai dan Sikap
ž  Pandangan Keduniawian
ž  Organisasi Sosial
Sistem Keyakinan, Nilai dan Sikap:
ž  Keyakinan ; Suatu obyek atau peristiwa yang diyakini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Tipikal Keyakinan meliputi; a] exsperinsial, b] informasional c] inferensial
ž  Nilai; Aspek evaluatif dari sistem keyakinan, nilai dan sikap. Dalam KLB nilai yang dijadikan fokus adalah;  Orentasi individu, kelompok, umur, persamaan hak laki2 dan perempuan, formalitas dll [c.j]
ž  Sikap ;  Kecendrungan yang dipelajari untuk memberikan respon secara konsisten terhadap objek orientasi tertentu. [btg sp, as]
Stereotip adalah suatu keyakinan yang terlalu di generalisir, terlalu dibuat mudah,  disederhanakan atau di lebih lebihkan [Samovar, Peter]. Prasangka ; Sikap kaku terhadap suatu kelompok  berdasarkan keyakinan atau prakonsepsi yang salah. [Samovar, Porter, Jain]. Subbudaya; Komunitas sosial, etnik, regional, ekonomik atau sosial yang menunjukkan pola-pola yang  khas yang cukup membedakannya dari komunitas lain dalam lingkup suatu kebudayaan. Cth miskin kota, peranakan cina…[Samovar, Poter, Jain]. Subkelompok; merupakan komunitas yang tidak memenuhi kreteria diatas, tetapi menimbulkan masalah sosial yang sama. [g p, hom, p]
Problem dalam KLB
Keanekaragaman dari tujuan –tujuan berkomunikasi , Etnosentrisme tidak adanya kepercayaan, Penarikan Diri , Tidak adanya empati , Stereotyping dan Kekuasaan.
Situasi-Situasi KLB
Situasi Antar Pribadi—Antar Budaya ,Situasi Komunikasi Massa – Antar Budaya , KAB dan Perubahan Sosial dan KAB dan Akulturasi
Situasi Komunikasi Massa  -- Lintas Budaya
}  Media Massa dan efek persuasif
-          Menjalankan fungsi memberikan kesadaran, membangkitkan minat, memberi gagasan.
-          Menjaring perhatian khalayak dengan topik-topik yang dianggap penting
-          Mendorong dan memberikan iklim peubahan
-          Merangsang timbulnya desas desus, ketidak jelasan khalayak
}  Media massa dan efek tidak sengaja
                        - flm helocoust –Nazi Jerman
                        - Cry rape
}  Media massa dan proses belajar
}  Media massa dan pemuasan kebutuhan
Intervening
}  Jaringan-jaringan antar pribadi
}  Norma-norma atau nilai-nilai tentang world view
}  Katagori demografik
}  Motivasi
}  Karakteristik pribadi
Komunikasi Lintas Budaya dan Perubahan Sosial
}  Difusi; proses komunikasi antara orang dengan orang tentang suatu pesan. Meliputi;
  1. Inovasi
  2. Yang dikomunikasikan melalui saluran-saluran tertentu
  3. Dalam jangka waktu tertentu
  4. Diantara anggota-anggota suatu sistem sosial
  5. Dengan efek-efek tertentu
Karakteristik difusi:
}  Kelebihan relatif (Relative Advantage); Derajat sampai dimana inovasi dianggap lebih baik dengan kebudayaan yang sudah ada.
}  Kesesuaian (Compatability) ; derajat kesesuaian inovasi dengan keyakinan, hidup, nilai, pengalaman, dan kebutuhan penerima.
}  Kerumitan (Compexity) : Derajat sampai dimana inovasi nampak sulit untuk dimengerti dan digunakan.
}  Kemungkinan untuk dicoba (trialability) ; Derajat sampai dimana inovasi dapat dicoba pada skala kecil.
}  Kemungkinan untuk diamati (Abservability); derajat kemungkinan suatu inovasi dapat disaksikan dan dinilai sebelum diadopsi.
Cultural Shock
Harapan besar (eager expectation)
b. Semua begitu Indah (Everything is beautiful)
c. Semua tidak menyenangkan (Everything is awful)
-          Melawan
-          Melarikan diri
-          Penyaringan
-          pelenturan
d. Semua berjalan lancar (everything is ok)




Jumat, 21 Desember 2012


BAB I
PENDAHULUAN



Secara epistimologis filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta dan kata shopos yang berarti kebijaksanaan atau hikmah. Jadi filsafat berarti cinta kepada pengetahuan atau kebijaksanaan. Singkat kata, filasafat adalah suatu kegiatan atau aktifatas yang menempatkan pengetahuan atau kebijaksanaan sebagai dasar utamanya. Mengenai istilah “philo” atau cinta disini terdapat sebuah catatan. Kata cinta merujuk kepada panggilan hati nurani untuk melakukan suatu kegiatandengan penuh kesadaran, tanpa paksaan dari luar. Itulah sebabnya orang melakukan kegiatan mencari kegiatan atau filosof adalah orang yang pola hidupnya amat unik. Ia kadang tidak menyukai kebendaan atau hal-hal yang membawa kepada kerendahan dan hal-hal lain yang kurang ideal.
 Hakikat Filsafat Ilmu Dakwah Filsafat ilmu dakwah ialah suatu penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dakwah dan penyelidikan tentang cara-cara bagaimana ilmu dakwah itu diperoleh. Sesungguhnya filsafat ilmu dakwah merupakan suatu penyelidikan lanjutan terhadap penyelenggara ilmu dakwah melakukan penyelidikan terhadap faktisitas dakwah. Atas penyelidikan yang dilakukan oleh ilmu dakwah terhadap faktisitas dakwah itu, filsuf ilmu dakwah mengadakan penyelidikan terhadap kegiatan ilmiah tersebut. Dengan mengalihkan perhatian dari objek yang ditangani oleh ilmu dakwah, kepada cara-cara dan ciri-ciri ilmu dakwah menyelenggarakan kegiatan ilmiahnya, dengan cara demikian filsafat ilmu dakwah akan menemukan suatu matra baru; Yakni segi-segi yang menonjol serta latar belakang segenap kegiatan keilmuan dakwah akan menjadi tampak. Berangkat dari sini, maka akan menjadi semakin tampak dan jelas saling hubungan antara objek yang dikaji oleh ilmu dakwah dengan metode penelitian yang digunakannya, antara pendekatan ilmiahnya dengan pengolahan data-data secara ilmiahnya, antara temuan-temuan data dengan model analisisnya. Dengan demikian filsafat ilmu dakwah merupakan suatu bentuk pemikiran yang mendalam yang berkelanjutan (secondary reflexion). [1]


Dakwah secara esensial bukan hanya berarti usaha mengajak mad’u untuk beriman dan beribadah kepada Allah, tetapi juga bermakna menyadarkan manusia terhadap realitas hidup yang harus mereka hadapi dengan berdasarkan petunjuk Allah dan RasulNya. Jadi dakwah dipahami sebagai seruan, ajakan dan panggilan dalam rangka membangun masyarakat islami berdasarkan kebenaran ajaran islam yang hakiki. Namun dalam hal ini dakwah sebagai gejala monisme adalah dakwah sebagai gejala tunggal, dimana kita bisa berdakwah dimasyarakat, berarti kalau gejalanya tunggalnya, itu gejala pada kitanya yang berdakwah untuk bisa menyampaikan kepada mad’u. Maka saya akan membahas dakwah sebagai gejala monisme dalam makalah ini lebih lanjut.

















BAB II
PEMBAHASAN

1.1  Arti Dakwah
Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Kata dakwah sering dirangkaikan dengan kata "Ilmu" dan kata "Islam", sehingga menjadi "Ilmu dakwah" dan Ilmu Islam" atau ad-dakwah al-Islamiyah.
1.2  Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah ini dimaksudkan untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktifitas dakwah akan sia-sia. Dengan demikian tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktifitas dakwah sama pentingnya dari pada unsur-unsur lainnya seperti subjek dan objek dakwah, metode dan sebagainya.
a)      Tujuan umum dakwah ( major objektive) adalah Mengajak umat mmanusia meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik kepada jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT. Agar dapat hidup bahagia dan sejahtera didunia maupun di Akhirat.
b)      Tujuan khusus dakwah (minor obktive) dibagi lagi dalam berbagai khusus yaitu.,
ü  Menganjurkan dan menunjukkan perintah-perintah Allah. Perintah Allah secara garis besar dapatlah dibilang ada dua yakni islam dan iman.
ü  Menunjukkan larangan-larangan Allah. Larangan ini meliputi larangan-larangan yang bersifat perbuatan ( amalia), dan perkataan (qouliyah).
ü  Menunjukkan keuntungan-keuntungan bagi kaum yang mau bertakwa kepada Allah
ü  Menunjukkan ancaman Allah bagi kaum yang ingkar kepadanya.

1.3  Monisme
Monisme (monism) berasal dari kata Yunani yaitu monos (sendiri, tunggal) secara istilah monisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa unsur pokok dari segala sesuatu adalah unsur yang bersifat tunggal/ Esa. Unsur dasariah ini bisa berupa materi, pikiran, Allah, energi dll. Bagi kaum materialis unsur itu adalah materi, sedang bagi kaum idealis unsur itu roh atau ide.[2] Orang yang mula-mula menggunakan terminologi monisme adalah Christian Wolff (1679-1754). Dalam aliran ini tidak dibedakan antara pikiran dan zat. Mereka hanya berbeda dalam gejala disebabkan proses yang berlainan namun mempunyai subtansi yang sama. Ibarat zat dan energi dalam teori relativitas Enstein, energi hanya merupakan bentuk lain dari zat.[3] Atau dengan kata lain bahwa aliran monisme menyatakan bahwa hanya ada satu kenyataan yang fundamental.
Adapun para filsuf yang menjadi tokoh dalam aliran ini antara lain: Thales (625-545 SM), yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah satu subtansi yaitu air.[4] Pendapat ini yang disimpulkan oleh Aristoteles (384-322 SM) , yang mengatakan bahwa semuanya itu air. Air yang cair itu merupakan pangkal, pokok dan dasar(principle) segala-galanya. Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula.[5] Bahkan bumi yang menjadi tempat tinggal manusia di dunia, sebagaian besar terdiri dari air yang terbentang luas di lautan dan di sungai-sungai. Bahkan dalam diri manusiapun, menurut dr Sagiran, unsur penyusunnya sebagian besar berasal dari air.[6] Tidak heran jika Thales, berkonklusi bahwa segala sesuatu adalah air, karena memang semua mahluk hidup membutuhkan air dan jika tidak ada air maka tidak ada kehidupan. Sementara itu Anaximandros (610-547 SM) menyatakan bahwa prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang disebutnya sebagai apeironyaitu suatu zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan dan tidak ada persamaannya dengan suatu apapun. Berbeda dengan gurunya Thales, Anaximandros, menyatakan bahwa dasar alam memang satu akan tetapi prinsip dasar tersebut bukanlah dari jenis benda alam seperti air. Karena menurutnya segala yang tampak (benda) terasa dibatasi oleh lawannya seperti panas dibatasi oleh yang dingin.[7] Aperion yang dimaksud Anaximandros, oleh orang Islam disebutnya sebagai Allah. Jadi bisa dikatakan bahwa pendapat Anaximandros yang mengatakan bahwa terbentuknya alam dari jenis yang tak terbatas dan tak terhitung, dibentuk oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini pula yang dikatakan Ahmad Syadali dan Mudzakir (1997) bahwa yang dimaksudaperion adalah Tuhan.[8] Anaximenes (585-494 SM), menyatakan bahwa barang yang asal itu mestilah satu yang ada dan tampak (yang dapat diindera).
Barang yang asal itu yaitu udara. Udara itu adalah yang satu dan tidak terhingga. Karena udara menjadi sebab segala yang hidup. Jika tidak ada udara maka tidak ada yang hidup. Pikiran kearah itu barang kali dipengaruhi oleh gurunya Anaximandros, yang pernah menyatakan bahwa jiwa itu serupa dengan udara. Sebagai kesimpulan ajaranya dikatakan bahwa sebagaimana jiwa kita yang tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita. Demikian udara mengikat dunia ini menjadi satu. Sedang filsuf moderen yang menganut aliran ini adalah B. Spinoza yang berpendapat bahwa hanya ada satu substansi yaitu Tuhan. Dalam hal ini Tuhan diidentikan dengan alam (naturans naturata).[9]
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal berupa materi ataupun rohani. Paham ini kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
1). Materialisme 
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Bapak Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa sumber asal adalah air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini sering juga disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya fakta. Yang ada hanyalah materi/alam, sedangkan jiwa /ruh tidak berdiri sendiri. Tokoh aliran ini adalah Anaximander (585-525 SM). Dia berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udara merupakan sumber dari segala kehidupan. Dari segi dimensinya paham ini sering dikaitkan dengan teori Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari sejumlah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak dapat dirusakkan. Bagian-bagian yang terkecil dari itulah yang dinamakan atom-atom. Tokoh aliran ini adalah Demokritos (460-370 SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan amat halus. Atom-atom inilah yang merupkan asal kejadian alam.
2). Idealisme Idealisme diambil dari kata idea, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idelisme sebagai lawan materialisme, dinamakan juga spiritualisme. Idealisme berarti serbacita, spiritualisme berarti serba ruh. Aliran idealisme beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Tokoh aliran ini diantaranya :
- Plato (428 -348 SM) dengan teori ide-nya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada dialam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari setiap sesuatu.
- Aristoteles (384-322 SM), memberikan sifat keruhanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide itu sebagai sesuatu tenaga yang berada dalam benda-benda itu sendiri dan menjalankan pengaruhnya dari dalam benda itu.
- Pada Filsafat modern padangan ini mula-mula kelihatan pada George Barkeley (1685-1753 M) yang menyatakan objek-objek fisis adalah ide-ide.
- Kemudian Immanuel Kant (1724-1804 M), Fichte (1762-1814 M), Hegel (1770-1831 M), dan Schelling (1775-1854 M).



[1] http://masduqi-affandi.blogspot.com/
[2]  Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta: Lembaga Pengkajian Kebudayaan Nusantara (LPKN), 1997, hal. 681.
[3] Jujun S Suriasumantri, Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988, hal. 66
[4] Surajiyo, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005, hal. 118.
[5] Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung: PT Pustaka Setia, 1997, hal. 40.
[6] Disampaikan dalam kulaiah Sains dalam Perspektif Al-Qur,an di FAI UMY, 2009.
[7] Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, Bandung: PT Pustaka Setia, 1997, hal. 40.

[9] Surajiyo, Filsafat Ilmu Suatu Pengantar, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005, hal. 119.